Kamis, 20 Oktober 2011

Rumah Sentrifugal Jangan Dilas

 

Banyak yang melakukan cara gampang ketika pasang kopling manual. Yakni dengan cara langsung ngelas rumah sentrifugal. Maksudnya, antara sepatu atau kampas sentrifugal langsung dilas mati dengan mangkuk.

Kalau di balap tidak dianjurkan. Karena dengan cara dilas yang manual seperti itu, akan berakibat pada berat sentrifugal yang tidak merata. Bisa jadi oleng atau godek.

Di motor balap, kruk as melintir sedikit harus dibalance atau dicenter ulang. Sebab kruk as oleng, durasi bukaan kem akan naik-turun dan bikin performa mesin tidak maksimal.

Kalau dipakai harian, memang masih bisa ditolerir. Karena bobot sentrifugal standar juga cukup berat. Masih enak buat nanjak. Namun kalau dipakai balapan dan menggunakan sentrifugal yang sudah dilas, akan berakibat akselerasi jadi berat.

Itu yang membuat motor kelas standar yang masih menggunakan magnet standar banyak lepas magnet. Paling yang dipakai hanya mangkuk atau luar rumah magnet.
 

Baca Selengkapnye....

Rahasia Biar Ban Drag Bike Lebih Mengigit


Dioles bensol atau bensin

Drag bike adalah balap yang mengutamakan catatan waktu. Sampai seperseratus detik angkanya bisa kelihatan. Dipastikan faktor penggunaan ban sangat menentukan catatan waktu yang memang ketat sekali .

Paling utama tentu memilih ban yang digunakan lebih dulu. Paling krusial ban belakang karena power mesin disalurkan lewat cengkraman karet bundar bagian belakang ini. Jadi, memang benar diperlukan ban yang menggigit.

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, paling bagus untuk saat ini menggunakan ban IRC Eat My Dust. Ban yang dikeluarkan dari pabrikan IRC Thailand ini memang mahal. Tapi, hasilnya sangat paten karena bukan saja kembangnya yang bagus, tapi compound sangat lunak dan memang compund racing.

Pilihan kedua merek HUT atau Vee Rubber. Ini sih hampir setara ban drag lokal yang banyak di pasaran. Hanya kompon saja yang lunak, tapi belum termasuk compound racing. Makanya ban ini direkomendasikan oleh Miekeel hanya untuk dipakai untuk ban depan.

Untuk itu, buat ban belakang lebih bagus tetap gunakan IRC Eat My Dust. “Bagian yang menapak ke aspal juga benar-benar mendukung untuk mengurangi gejala selip,” jelas Miekeel yang endut dan berkacamata itu.

Namun bukan berarti menggunakan ban IRC Eat My Dust sudah langsung bisa start. Tetap harus butuh perlakukan khusus. Miekeel biasanya pasang tire warmer atau pemanas ban untuk menjaga suhu ban tetap stabil.

Selain itu, ketika mau race juga ada trik khusus yang mantap dilakukan. Permukaan ban yang menapak ke aspal dilumuri bensol. Maksudnya adalah agar karet jadi lunak dan lebih dari soft compound.

Namun supaya tidak licin yang bisa bikin catatan waktu molor, permukaan ban juga harus dibuat sedikit lebih panas. Caranya bisa dengan dibawa burn out. Baru deh bisa langsung start. Wussss...
 

Baca Selengkapnye....

Rumus Ukur Rasio Kompresi


Sering bicara kompresi, tapi tidak tahu angkanya dari mana.  Itu sih sama aja bohong. Untuk tahu kompresi caranya gampang.

Tapi, kudu punya buret atau alat ukur cairan. Kalau susah mencarinya beli saja suntikan buat tinta printer.

Posisikan piston sedang top atau TMA (Titik Mati Atas). Kemudian celah piston dengan boring ditambal gemuk. Baru deh pasang kepala silindernya.

Posisikan mesin berdiri dan suntikkan oli sokbreker atau oli samping. Dari situ akan ketahuan berapa cc isi ruang bakarnya. Misalnya volume ruang bakar (Vrb) 10 cc.

Juga mesti tahu volume silinder. Misalnya volume silinder (Vs) hasil bore up 130 cc. Berarti rasio kompresi (Rk) yaitu:

             Vs + Vrb  

Rk =  --------------

                Vrb

          130 cc + 10 cc

Rk = -------------------  =  14

                  10 cc

Jadi, rasio kompresinya 14 : 1. Sangat tinggi sekali, biar rendah, jenongnya piston dikurangi lagi agar isi ruang bakar bisa gede.
 

Baca Selengkapnye....

Ban Racing Untuk Harian


Kompon cepat habis

Ban balap alias racing enggak selamanya cocok untuk harian. Beragam tipe yang ditawarkan malah merugikan pengguna harian. Tapi, ada rumusan memilih ban racing skubek di luar balapan.

“Pilih yang intermediate. Cirinya kembangannya banyak. Jangan pilih yang kembangan sedikit, apalagi yang slick, berbahaya,” ujar Dodiyanto dari Marketing New Development Division PT Gajah Tunggal, Tbk., produsen ban IRC, Tangerang.

Pastinya, ban racing untuk daily use bisa berhadapan dengan kondisi aspal yang beragam dibanding aspal di trek balapan. Ada yang sudah aspalnya bagus, berpasir, ada genangan air, sampai mengandung beton.

“Patern atau kembangan fungsinya membuang air. Seandainya ban racing yang ada kembangan dipakai pas hujan jadi enggak licin. Berbeda kalau ngarahnya ban slick,” beber Riza, Marketing Development Manager PT Suryaraya Rubberindo Industries, pabrikan karet bundar FDR, Cileungsi, Jawa Barat.

Kerugian akan dirasakan kalau lebih memilih ban racing skubek paternnya sedikit, malah mengarah ke slick alias botak. Seandainya hujan, apalagi sampai air menggenang  yang kembangannya sedikit, air jadi penghambat. “Akan licin. Bahaya jadinya,” pasti Riza.

Ada lagi yang bisa merugikan skubekers harian kalau menggunakan ban racing compound. Usia pakainya jauh lebih pendek dibanding karet bundar yang memang untuk harian. Alasannya jelas kok karena compound kompetisi sangat lembek supaya mendapatkan traksi maksimal ke aspal.

“Karena compoundnya lembut ban racing jadi cepat habis. Seandainya ban harian bisa dipakai 1 tahun, ban racing paling lama 2 bulan untuk jarak yang sama dengan harian,” ungkap Dodi.
 

Baca Selengkapnye....

Gas Spontan Punya SE Paling Singkat


Lebih singkat biar nggak gampang capek

Gas spontan alias grip gas ala racing lebih dikenal di motor balap. Hanya saja, peranti ini belum tentu bisa bikin motor cepat. “Tapi, cuma mempersingkat putaran grip gas,” ulas Teddy Gustiar, mekanik tim motorcross AHRS Cargloss di bawah naungan juragan Asep Hendro.

Prinsip kerja gas spontan dan grip standar enggak beda jauh. Menarik skep di dalam karbuartor. Cuma gas spontan lebih singkat, supaya rider tak harus bejek gas sampai telapak tangan ditekuk ke bawah. Jadi enggak pegal deh.

Ciri yang membedakan antara gas spontan dan biasa, diameter plastik pemutar tali gas. Punya gas spontan lebih besar, sehingga jarak penarikan skep atau pelintir gasnya tak harus dalam. “Paling cuma ¼ putaran dari standar yang harus putar grip sekitar ½ putaran. Baru deh piston skep karbu mentok,” lanjut pria tinggal di Kelapa Dua (akses UI), Depok.

Kenapa lebih singkat? Logikanya semakin besar diameter, keliling lingkaran gede. Sehingga menggulung tali gas lebih cepat. Seperti kita main layang-layang, kalau gulungan benang diameternya gede, lebih cepat menggulungnya.

Karena bentuk gulungan itu melingkar, maka rumusnya keliling lingkaran. Yaitu K = π x d. Di mana K = Keliling lingkaran, d = diameter gulungan dan π adalah ketetapan internasional yang besarannya adalah = 3,14.

Misal diameter gas spontan 4,3cm, sedang grip gas biasa diameternya 3,5cm. Setelah dihitung, lalu hasil keduanya dikurangi. Akan terlihat berapa selisihnya. Untuk grip gas spontan: r = Ï€  x d = 3,14 x 4,3cm = 13,502cm. Sedang grip gas biasa: r = Ï€  x d = 3,14 x 3,5cm = 10,99cm. Lalu dikurangi 13,502–10,99 = 2,512cm ini adalah selisihnya.

Tapi ingat, dari semua produk gas spontan di motor balap terbukti masih ada yang lebih singkat. “Biasanya dipakai di motor special engine (SE), lantaran diameter plastic penarik kabel gasnya lebih besar dari lainnya,” imbuh Teddy yang juga turun di kelas executive A dan pernah main grasstrack.
 

Baca Selengkapnye....

Panduan Saat Beli Aki


Jangan sepelekan spek aki

Ganti spesifikasi aki motor standar dilarang nggak sih? Apalagi kalau konsumen nggak tahu konsekuensinya. Sebab, apakah aki pengganti mampu menyuplai arus setrum ke semua komponen kelistrikkan, atau malah bikin kerja komponen pengisian makin berat.

Biar nanti nggak bikin masalah, berikut syarat dasar atau panduan konsumen yang ingin beli aki baru. Sebagai gambaran, kenapa spesifkasi aki motor bebek dengan sport beda. Di bebek umumnya pakai 12V/3,5~5Ah, sedang motorsport antara 12V/7~10Ah. Perbedaan ampere dipengaruhi arus yang dibutuhan. Misal untuk di motor bebek (12V/5Ah), ukuran 5Ah cuma mampu mensuplai setrum ke komponen listrik di motor tidak lebih dari 60 watt.

“Itu hasil dari perkalian 12V x 5Ah = 60 watt. Jika lebih, setrum aki cepat tekor. Di motor pengapian AC, tandanya lampu netral agak redup saat difungsikan. Kalau pengapian DC, mesin sering mbrebet, tanda kurang setrum,” bilang Muhamad Ma’sum, instruktur sekolah mekanik Center (HMTC) Surabaya.

Aki tekor umumnya karena regulator rusak atau ada penambahan komponen kelistrikan di motor. Sehingga bila spek aki ikut diturunkan, arus yang dialirkan semakin besar hingga tidak sebanding dengan kapasitas aki. Sebaliknya aki diperbesar. Meski kemampuan aki menyuplai arus lebih baik, namun kinerja sepul dan kiprok tambah berat lantaran harus terus-menerus mengisi setrum ke aki besar.

“Ingat, aki besar juga harus didukung wiring yang bagus juga. Seperti, kualitas kabel harus diperbaiki agar tidak mudah terbakar,” imbuh Ma’sum di Jl. Jagir Wonokromo, No. 100. Komp. Ruko Mangga 2, Blok AA2, Surabaya.
 

Baca Selengkapnye....

Aki Tekor Karena Lampu Nyala Terus


Lampu on terus pengaruh ke aki

Kebijakan pemerintah yang mewajibkan lampu nyala siang hari, juga bagai buah simalakama bagi pengendara. Di satu sisi bersinggungan dengan faktor safety, tapi di sisi lain berpengaruh terhadap kinerja aki. Terlebih jika di motor, tidak ada penyesuaian buat mendukung kebijakan itu.

Maklum saja! Karena pemakaian listrik untuk semua lampu di motor, sekarang bertambah jadi dua kali. Iya, jika sebelumnya lampu utama dan lampu belakang hanya nyala di malam hari, sekarang sejak mesin hidup pun lampu sudah ikut nyala. Kan enggak ada sakrlar ON/OFF.

Tapi, menurut pabrikan Yamaha di Indonesia, “Tidak ada perubahan part apapun. Karena kami nilai part yang sekarang pun sudah bisa mendukung kebijakan itu,” pasti M. Abidin, Manager Technical Service Division PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI).

Malah, aki pun dijamin enggak tekor. “Tekor itu jika sistem pengisiannya bermasalah. Misalnya, ada problem di sepul, kiprok atau magnet,” timpal Slamet, Instruktur Yamaha Engineering School (YES) yang berkantor di Yamaha DDS, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Selain itu, kemungkinan aki tekor juga bisa terjadi jika putaran mesin selalu berada di bawah minimum charging. Yup! Misalnya di atas 2.000 rpm. “Jika pengisian normal, kemungkinan yang kalah itu hanya usia bohlam,” tambah Slamet.

Bahkan dari pabrikan aki yang suplai pabrikan motor pun nyatakan belum ada ubahan spek aki. “Tidak ada permintaan ubahan spesifikasi. Sejauh ini juga tidak ada problem yang disebabkan karena lampu nyala terus,” ujar Syahrudin, Technical Support PT GS Battery Indonesia.

Gulungan sepul diperbanyak untuk penuhi kebutuhan(kiri). Bulb diganti tipe long life (kanan).
Lain pabrikan motor, bisa lain kebijakan. Honda menerapkan penggantian bohlam. Ya, pakai bohlam yang usia pakainya dua kali lipat. Misal jika sebelumnya usia bohlam hanya mampu bertahan hingga 300 jam, kini jadi 500–600 jam.

"Ada juga penyesuaian tegangan terhadap komponen AC generator dan kiprok. Sehingga tegangan rata-rata lebih rendah. Tujuannya agar usia bisa lebih lama,” ungkap Sarwono Edhi, Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM).

Tapi penyesuaian tegangan itu, lebih ditekankan di pacuan Honda yang mengaplikasi sistem kelistrikan tipe DC. Ya, yang nyala lampu berasal dari aki. Bukannya akibat putaran magnet dan sepul.

Ada juga di beberapa tipe motor yang sudah aplikasi ubahan sepul. Selain demi memenuhi kebutuhan listrik yang besar, hal itu juga agar proses pengisian jadi lebih cepat. Maka itu, jumlah gulungan sepul diperbanyak. Jadi proses pengisian seimbang dengan pengeluaran. “Sepul ini bisa dilihat di Honda PCX 125 dan Honda New Supra X 125 Helm in,” tutup Edhi.
 

Baca Selengkapnye....

Perhatikan Celah Busi, Pengaruhi Kualitas Pembakaran

 

Ketika mengganti busi, sebaiknya perhatikan juga gap atau celah antara elektroda dengan kepala busi. Sebab, ada ukuran yang dianjurkan oleh pabrikan. Misal, 0,6 mm. Jadi, jangan terlalu rapat. Juga, tidak boleh terlalu renggang.

Apalagi kalau terlalu renggang. Kondisi itu bisa menyebabkan terjadinya missfire. Letikan api, tidak bisa mencipta pembakaran sempurna. Akhirnya, stasioner atau idle jadi enggak stabil.

Juga bisa bikin koil cepat mati. Karena gap renggang, koil dipaksa bekerja lebih keras. Begitu juga jika terlalu rapat. Putaran mesin bisa menjadi lebih berat dan bikin panas. Efek lainnya, ngelitik.
 

Baca Selengkapnye....

Cek Tekanan Ban, Kempis Bikin Boros BBM dan Sulit Manuver

 

Safety pada pacuan, yaitu melakukan pengecekan kondisi part atau komponen. Salah satunya, periksa tekanan ban sebelum berkendara. Jangan terlalu kempis atau ketinggian juga. Kondisi ban yang kempis bisa pengaruhi konsumsi bahan bakar bensin (BBM) lho.

Laju kendaraan akan menjadi lebih berat. Mesin butuh putaran lebih tinggi buat berjalan. Pengaruh lainnya, ada di handling. Buat berbelok atau manuver, butuh tenaga ekstra.

Baiknya, sesuaikan tekanan angin ban sesuai spesifikasi ban. Kebutuhan tekanan angin tiap ban, bisa dilihat langsung di sidewall atau dinding si karet bundar. Misal, 32 psi. Yuk, perhatikan lagi!

sumber : http://motorplus.otomotifnet.com/read/2011/06/26/320634/213/27/Cek-Tekanan-Ban-Kempis-Bikin-Boros-BBM-dan-Sulit-Manuver  

Baca Selengkapnye....

Beda Istilah Bore Up dan Stroke Up

Meningkatkan tenaga mesin, cara paling gampang adalah dengan cara memperbesar kapasitas silinder.  Ada dua cara pilihan, yaitu bore up atau stroke up.

Bore up yaitu menggunakan piston yang punya diameter lebih besar. Sehingga lubang atau bore di silinder diperbesar, agar piston bisa masuk. Karena bore yang diperbesar, makanya dikasih nama bore up. Kalau mengecilkan piston, namanya tentu jadi bore down.

Sedangkan istilah stroke up yaitu memperbesar stroke atau langkah piston. Biasa ditempuh dengan cara memindahkan posisi pin kruk as ke posisi luar.

Mau pilih mana kalau mengejar kapasitas sebesar-besarnya. Paling gampang pilih bore up  karena angkanya dibuat kuadrat. Jadinya menghasilkan volume silinder yang lebih besar. Itu dihitung menggunakan rumus volume silinder.

Namun kita tidak bisa mendongkrak volume dengan menggunakan diameter yang sebesar-besarnya. Biar imbang dan torsi rpm bawah bisa dikail, harus diimbangi stroke up.

sumber : http://motorplus.otomotifnet.com/read/2011/07/01/320907/211/27/Beda-Istilah-Bore-Up-dan-Stroke-Up  

Baca Selengkapnye....